.post-body img { width: 30px!important; height: 15!important; }

Minggu, 01 Februari 2015

Pengenalan Gejala Serangan Hama



Laporan Praktikum
Mata kuliah
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Acara VII
“PENGENALAN GEJALA SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT”


Disusun oleh :
ARIFSON YONDANG
Nirem:05.1.4.12.0370

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM  PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2015
 
 

I.            Identitas
No
Identitas

Kegiatan
1
Matakuliah
:
Pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan
2
Acara praktikum
:
Pengenalan Gejala Serangan Hama
3
Tujuan
:
Mahasiswa dapat mengenal beberapa gejala serangan yang diakibatkan oleh hama dan dapat mengidentifikasih penyebab kerusakan dan menafsirkan intensitas serangan
4
Tempat
:
Laboratorium Perlindungan Tanaman STPP Yogyakarta
5
Hari/tanggal
:
Kamis,  2014
6
Nama mahasiswa
:
Arifson Yondang
7
No absen/smtr
:
02/VB
8
Dosen/TPA
:
Dr. Rr. Siti Astuti, SP, M.Sc/ Sari Megawati

II.         DASAR TEORI
Ganguan merupakan suatu proses interaksi antara berbagai factor yang mempengaruhi. Hasil proses interaksi tersebut dapat dilihat dengan adanya kerusakan pada tanaman, karena tanaman yang terganggu oleh pengganggu tertentu sering menunjukkan kerusakan akan tertentu pula. Beberapa jenis hama tidak hanya memakan bagian tubuh tanaman tetapi juga mengeluarkan substansi tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
A.     Pengertian Hama, Gejala, Kerusakan dan Tanda
1.      Pengertian Hama
a.       Hama adalah semua organisme atau agen biotic yang merusak tanaman dengan cara bertentangan dengan kepentingan manusia. ( Smith, 1983 )
b.      Hama adalah makhluk hidup yang mengurangi kualitas dan kuantitas beberapa sumber daya manusia yang berupa tanman atau binatang yang dipelihara yang hasil dan seratnya dapat diambil untuk kepentingan manusia. ( AnonymousA, 2010 )
c.       Hama adalah serangga yang mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaannya. Serta dapat bertindak sebagai factor penyakit pada tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman, bunga, serta merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainnya. ( Nash, 2005 )
d.      Hama adalah adanya herbivore pada tanaman yang umumnya tidak dikehendaki karena dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian bagi manusia. ( Untung, 2001 )
e.       Desease is an abnormal condition of an organism which interrups the normal bodily fuctions that often lead to feeling of poin and weaknes and usually associated with symptoms and signs. (AnonymousA, 2010).

2.      Pengertian Tanda
a.       Tanda adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh hama dan menunjukkan kehadiran hama tersebut. (AnonymousA, 2010).
b.      Tanda adalah setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktifitas atau serangan hama. (Main, 1977).
c.       Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain reaksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya. (Anonymous, 2012)

3.      Pengertian Gejala
a.       Gejala adalah kehilangan yang rasakan oleh tanaman akibat serrangan hama antara lain dalam bentuk penurunana kualitas dan kuantitas produksi. ( Untung, 2001).
b.      Gejala adalah setiap perubahan pada tanaman yang mengarah pada pengurangan kualitas maupun kuantitas dan hasil yang diharapkan. ( Anonymous A, 2010).
c.       Gejala adalah kedaan patologi dan fisiologi dari tumbuhan terhadap akitivitas dari patogen atau faktor yang lain. (Sastrahidayat, 2011).

4.      Pengertian Kerusakan
a.       Kerusakan adalah kehilangan yang dirasakan oleh tanaman akibat serangan OPT antara lain dalam bentuk penurunan kuantitas dan kualitas produksi. (Anonymous, 2012)
b.      Kerusakan adalah kondisi abnormal yang terjadi pada tanaman akibat serangan hama, dimana kondisi tersebut menyebabkan tanaman mengalami penurunan kapasitas produksi. (Anonymous, 2012).

B.     Tipe Mulut Serangga Dan Gejala Kerusakannya
1.      Tipe Alat Mulut Menggigit Mengunyah
Jenis alat mulut ini terdiri atas sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai penyobek. Makanan disobek kemudian dikunyah lalu ditelan. Secara struktural alat makan jenis ini terdiri dari:
a.       Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut. 
b.      Epifaring, berfungsi sebagai pengecap.
c.       Mandibel, berfungsi untuk mengunyah, memotong, atau melunakkan makanan.
d.      Maksila, merupakan alat bantu untuk mengambil makanan. Maxila memiliki empat cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea. 
e.       Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut. 
f.        Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk menutup atau membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum, submentum, dan ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang paraglosa.
Identifikasi berdasarkan gejala serangannya yakni dengan memperhatikan tipe alat mulut menggigit dan mengunyah maka akan ditemukan bagian tanaman yang hilang, apakah dimakan, digerek atau digorok.Contoh serangga dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan Lepidoptera.

2.      Tipe Alat Mulut Meraut Dan Menghisap
Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga. 
Hama ini meraut jaringan hingga keluar cairan, cairan ini kemudian dihisap paruh konikal. Jaringan yang terserang cenderung berwarna putih atau belang yang kemudian tampak mengerut.

3.      Tipe Alat Mulut Menjilat Mengisap (Sponge)
Tipe alat mulut ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera). Pada bagian bawah kepala terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah. Ruas pangkal tabung disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum. Ujung dari labium ini berbentuk khusus yang berfungsi sebagai pengisap, disebut labellum.
Bahan pangan padat menjadi lembek dan busuk akibat ludah yang dikeluarkan hama ini untuk melunakkan makanan, kemudian baru dihisapnya.

4.      Tipe Alat Mulut Mengisap
Tipe alat mulut ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa (Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat dan memiliki tiga segmen. Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam tipe alat mulut ini adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu tabung yang sangat memanjang dan menggulung.
Biasanya dimiliki oleh imago dari ordo lepidoptera. Serangga dewasa umumnya bukan merupakan hama yang bertindak sebagai hama adalah serangga yang mempunyai alat mulut mengunyah pada stadia larva.

5.      Tipe Alat Mulut Menusuk Mengisap
Kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara (Heteroptera). Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet. Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah.
Serangga hama dengan tipe alat mulutnya menusuk dan mengisap gejala serangan yang ditimbulkan yaitu pada bagian tanaman akan ditemukan bekas tusukan stilet yang akan menyebabkan terjadinya perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian tanaman yang diserangnya.
(Gendroyono, 2006).

 III.      ALAT DAN BAHAN
Alat dan Bahan Praktikum
1.      Alat
·         Loup
·         Alat tulis menulis
2.      Bahan
·         Tanaman/ bagian tanaman yang tidak normal.

IV.       CARA KERJA
1.      Memperhatikan dengan teliti dan menggambar skematis tanaman atau bagian tanaman sampel yang tersedia, terutama pada bagian yang mengalami kerusakan.
2.      Mencatat apa saja yang berubah jika dibandingkan dengan yang normal
3.      Mengamati dan menggambar ada tidaknya tanda penyakit atau keberadaan binatang hama serta menuliskan ciri-ciri yang membedakan dari kerusakan lainnya.
4.      Menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya kerusakan tersebut.

V.          HASIL
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan ada 3 jenis hama dan gejala serangannya. Jenis hama dan serangannya dapat dilihat seperti dibawah ini.
No
Nama spesies   
Tipe alat mulut   
Gejala,kerusakan,tanda
Klasifikasi
Gambar literatur
1
Valanga nigricornis 
Menggigit mengunyah 
Gejala : daun hilang sebagian
Kerusakan : daun berlubang,rusak sebagian
Tanda : terdapat bekas gigitan di daun
Kingdom:
Phylum:
Subphylum:
Class:
Order:
Suborder:
Caelifera
Ander, 1939


2
Spodoptera
Penggigit Penguyah
Gejala : daun yang dimakan mulai dari tepi daun dan hanya meninggalkan tulang daun dan batang.
Kerusakan : terjadi karena larva makan bagian atas tanaman
Tanda : Serangan berat menyebabkan tanaman gundul
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spodoptera
Guenée, 1852


3
Nezara viridula   
Menusuk menghisap   
Gejala : bulir hampa,kosong
Kerusakan : hasil panen menurun
Tanda : terdapat bulir yang kosong
N. viridula
Nezara viridula
Linneo, 1758


 
 
VI.       PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan Dilaboratorium Perlindungan Tanaman Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang, Jurusan Penyuluhan Pertanian Di Yogyakarta, tentang pengenalan gejala serangan hama yang dilaksanakan dapat dilihat sebagai berikut:

A.     Gejala Serangan Belalang
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.
Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang bernafas dengan trakea.
Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh lain hewan dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster. Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram.
Organ reproduksi belalang jantan disebut dengan nama aedeagus. Selama proses reproduksi, belalang jantan akan memasukkan spermatophore (satu paket berisi sperma) ke dalam ovipositor belalang betina. Sperma memasuki sel telur melalui saluran halus yang disebut micropyles.
Setelah telur dibuahi, belalang betina akan menanamkan telur sekitar 1-2 inci di dalam tanah menggunakan ovipositor pada ujung perutnya. Belalang betina akan bertelur setiap interval 3-4 hari hingga semua telur dikeluarkan. Belalang betina dapat meletakkan hingga ratusan butir selama masa bertelur.
Selain di dalam tanah, belalang juga dapat meletakkan telur mereka pada tanaman (batang, daun, atau bunga). Telur belalang akan tetap tersimpan di dalam tanah hingga berbulan-bulan lamanya dan akan menetas saat musim panas. Induk belalang tidak mengurus anak mereka setelah menetas.
Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul.
Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari.
Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang.
Belalang adalah hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis tidak sempurna adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap, yaitu telur, nimfa, dan imago (dewasa). Dimana tampilan fisik antara nimfa dan imago tidak jauh berbeda. Contoh serangga lain yang mengalami metamorfosis tidak sempurna adalah wereng, jangkrik dan kecoa.
Sedangkan metamorfosis sempurna adalah metamorfosis yang memiliki 4 tahap, yaitu telur, nimfa, pupa, dan imago. Tahap yang membedakan metamorfosis tidak sempurna dengan metamorfosis sempurna adalah tahap pupa (kepompong). Perbedaan lainnya adalah tampilan fisik nimfa dan imago serangga yang mengalami metamorfosis sempurna sangat berbeda. Contoh serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah kumbang, kupu-kupu, lebah, tawon, dan lalat.
Belalang adalah hama rakus yang sangat merugikan, mereka makan mulai dari daun jati, pisang, padi, jagung hingga tebu. 50 ekor belalang dewasa dapat menghabiskan makanan setara dengan seekor sapi dewasa.

B.     Gejala Serangan Ulat Grayak
Di Indonesia, ulat grayak utama adalah Spodoptera exigua (larva berwarna coklat kehijauan) dan S. litura (larva berwarna coklat). Ulat grayak tinggal di bawah permukaan tanah di siang hari dan aktif memakan tajuk tumbuhan pada malam hari. Serangannya dapat sangat hebat sehingga dalam waktu semalam dapat menghabiskan suatu pertanaman, dan oleh sebab itu dikenal sebagai "ulat tentara".
Ulat grayak ini menyerang tanaman padi pada semua stadia. Serangan terjadi biasanya pada malam hari sedangkan siang harinya larva ulat grayak bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi. Seranga ulat ini memakan helai-helai daun dimulai dari ujung daun dan tulang daun utama ditinggalkan sehingga tinggal tanaman padi tanpa helai daun. Pada tanaman yang telah membentuk malai, ulat grayak seringkali memotong tangkai malai, bahkan ulat grayak ini juga menyerang padi yang sudah mulai menguning . Batang padi yang mulai menguning itu membusuk dan mati yang akhirnya menyebabkan kegagalan panen. Serangan saat padi menguning atau keluar malai inilah yang sangat merugikan petani.
Ulat grayak mempunyai sifat polyfag (makan semua tanaman) sehingga ulat grayak bukan hanya menyerang tanaman padi, tetapi ulat grayak (Spodoptera litura) malah lebih sering menyerang tanaman cabai, bawang merah, dan kedelai. Hama ini dapat menyerang suatu tanaman dengan sangat cepat, bahkan dalam sehari suatu tanaman dapat habis daunnya karena diserang oleh gerombolan ulat grayak. Organisme pengganggu tanaman (OPT) ini menggrogoti bagian daun mulai dari tepi hingga bagian atas atau bawahnya bahkan hingga tersisa epidermisnya saja. Jika daun suatu tanaman rusak, maka tanaman tidak dapat fotosintesis dan tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman tersebut.
Serangga dewasa dari jenis Leucania Separata memiliki ukuran panjang bentangan sayap depan antara 45 - 50 mm dengan warna bervariasi antara merah bata sampai coklat. Serangga ini berumur 3 - 7 hari dan untuk seekor serangga betina ini dapat bertelur sebanyak 80 - 230 butir.
Serangga dewasa jenis Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang badan 20 - 25 mm, berumur 5 - 10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi.
Serangga ini memiliki telur dengan bentuk bulat. Telur dari serangga Leucania separata susunannya diletakkan dalam 2 barisan dalam gulungan daun atau pada pangkal daun permukaan sebelah bawah, dengan ukuran 0,5 x 0,45 mm, berwarna putih abu-abu dan berubah menjadi kuning sebelum menetas. Sedangkan serangga Spodoptera F susunan telurnya diletakkan dalam kelompok tiap kelompok tersusun oleh 2 - 3 lapisan telur, dan kelompok telur tertutup oleh bulu-bulu pendek berwarna coklat kekuningan dengan umur telur 3 - 4 hari.
Larva Leucania separata memiliki jumlah instar 6 dengan ukuran instar 1 panjang 1,8 mm dan instar 6 panjang 30 - 35 mm berwarna hijau sampai merah jambu dan berumur 14 - 22 hari. Pada bagian punggungnya terdapat 4 garis berwarna hitam yang membujur sepanjang badan.
Larva Spodoptera litura memiliki jumlah instar 5 dengan ukuran instar 1 panjang 1,0 mm dan instar 5 panjang 40 - 50 mm berwarna coklat sampai coklat kehitaman dengan bercak-bercak kuning dan berumur 20 - 26 hari. Sepanjang badan pada kedua sisinya masing-masing terdapat 2 garis coklat muda.
Serangga ulat Grayak perlu diwaspadai karena pada siang hari tidak tampak dan biasanya bersembunyi di tempat yang gelap dan didalam tanah, namun pada malam hari melakukan serangan yang hebat dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen, mungkin itulah sebabnya maka serangga ini disebut sebagai ulat grayak.
Pada lahan sawah yang kering sering sekali terserang oleh hama ulat grayak oleh karena itu, untuk pengendalian ulat grayak ini kondisi tanah sawah hendaknya diari dan perlu pengamatan lebih awal agar tidak terjadi serangan yang hebat.
Pengamatan awal dapat dilakukan dengan cara apabila ada kupu-kupu atau ngengat serta terlihat adanya telur serangga dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu menangkap kupu-kupu dengan menggunakan jaring serta membunuh telur-telur serangga yang dijumpai.
Meskipun umur larva atau ulat grayak ini berkisar 20 - 26 hari, namun perlu diwaspadai karena larva atau ulat ini dapat menyerang hampir semua fase pertumbuhan tanaman termasuk padi pada semua stadium pertumbuhan.
Setelah 20 - 26 hari ulat ini hidup dan menyerang tanaman, maka ia akan berubah menjadi kepompong dan selanjutnya berubah jadi kupu-kupu. Kupu-kupu bertelur dan setelah 4 - 5 hari akan menetas menjadi ulat atau larva yang akan menyerang tanaman.

C.      Gejala Serangan Kepik
Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis sempurna.
Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalam Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa yunani hemi (setengah) dan pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap serangga anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh.
Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk jaringan dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya. Hemiptera sendiri adalah omnivora yang berarti mereka mengonsumsi hampir segala jenis makanan mulai dari cairan tumbuhan, biji-bijian, serangga lain, hingga hewan-hewan kecil seperti ikan.
Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong.
Serangga anggota Hemiptera perlu melakukan perkawinan agar betinanya bisa membuahi telurnya dan berkembang biak, namun kutu daun atau afid yang juga merupakan anggota Hemiptera bisa melakukan partenogenesis (melahirkan tanpa kawin) sehingga mereka tetap bisa berkembang biak tanpa harus kawin lebih dulu.
Hemiptera tersebar di seluruh dunia, kecuali di daerah-daerah yang terlampau dingin seperti wilayah kutub. Cara hidup mereka yang beragam membuat persebaran mereka begitu luas. Beberapa anggota Hemiptera seperti walang sangit dan tonggeret hidup pada tanaman dan menghisap sarinya. Kepik pembunuh juga hidup di antara tanaman, namun mereka memburu hewan-hewan kecil. Sebagian kecil dari Hemiptera seperti kutu busuk diketahui hidup sebagai parasit dan menghisap darah hewan yang lebih besar. Anggota Hemiptera lainnya juga diketahui hidup di air, misalnya anggang-anggang dan kepik air raksasa. Salah satu anggang-anggang dari genus Halobes bahkan diketahui hidup di air asin.

VII.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan di laboratorium perlindungan tanaman dapat disimpulkan bahwa:
1.      Gejala serangan hama terjadi setiap saat, untuk itu cara mengantisipasi dengan metode tehnik berupa pergiliran tanaman yang bukan inang dari hama tersebut.
2.      Belalang memiliki tipe mulut penggigit dan pengunya dengan gejala serangan daun hilang sebagian, gejala Kerusakan daun berlubang, rusak sebagian dan tanda kerusakan terdapat bekas gigitan di daun.
3.      Ulat grayak memiliki tipe mulut penggigit dan pengunya dengan Gejala serangan daun yang dimakan mulai dari tepi daun dan hanya meninggalkan tulang daun dan batang, gejala kerusakan terjadi karena larva makan bagian atas tanaman dan tanda kerusakan Serangan berat menyebabkan tanaman gundul.
4.      Kepik memiliki tipe mulut penusuk dan pengisap dengan gejala serangan Gejala serangan bulir hampa, kosong, gejala kerusakan hasil panen menurun dan tanda kerusakan  terdapat bulir yang kosong

VIII. DAFTAR PUSTAKA
1.    Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. 2014. Laboratorium Perlindungan  Tanaman. Yogyakarta.
9.      https://adearisandi.wordpress.com/2012/02/28/metamorfosis-belalang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar