Laporan Praktikum
Mata Kuliah
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Acara IX
“PENGAMATAN JENIS PESTISIDA”
Disusun oleh :
ARIFSON
YONDANG
Nirem:05.1.4.12.0370
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN
PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2015
I.
Identitas
|
No
|
Identitas
|
|
Kegiatan
|
|
1
|
Matakuliah
|
:
|
Pengendalian
Organisme Penganggu Tumbuhan
|
|
2
|
Acara
praktikum
|
:
|
Pengamatan
jenis pestisida
|
|
3
|
Tujuan
|
:
|
Mengamati dan
membedakan macam-macam formulasi pestisida, cara penyiapannya dan alat-alat
yang sesuai digunakan untuk mengaplikan pada formulasi yang digunakan
|
|
4
|
Tempat
|
:
|
Laboratorium
perlindungan tanaman sekolah tinggi penyuluhan pertanian magelang, jurusan
penyuluhan pertanian di yogyakarta
|
|
5
|
Hari/tanggal
|
:
|
Kamis, 2014
|
|
6
|
Nama
mahasiswa
|
:
|
Arifson
Yondang
|
|
7
|
No
absen/smtr
|
:
|
02/VB
|
|
8
|
Dosen/TPA
|
:
|
Dr. Rr.
Siti Astuti, SP, M.Sc/ Sari Megawati
|
II. DASAR
TEORI
Menurut UU RI No. 12/1992 : Pestisida adalah zat atau
senyawa kimia, zat pengatur, dan perangsang tumbuh, bahan lain serta organisme
renik atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman. Menurut
Aben Candra (http://abenchanafia.blogspot.com/2011/01/nama.html) Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain
serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.
Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan
virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis),
siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga
diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau
menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Bagi kehidupan rumah tangga, yang
dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan
hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau,
ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu
kesejahteraannya.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT),
penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama,
namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga
berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. ( Anonim, 1973)
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia
dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau
bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT),
penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama,
namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga
berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan
tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal
I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya.
Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara
terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir. Dan belajar dari
pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida .
Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak
menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah
maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan
pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya,
benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat
sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).
III. ALAT
DAN BAHAN
A. Alat
Alat yang digunakan dalam pengamatan
jenis-jenis pestisida yaitu berupa alat tulis.
B. Bahan
Macam-macam jenis
pestisida, meliputi pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan
penyakit, dengan berbagai formulasi, seperti : D, G, WP, EC, DC, ULV, dan
lain-lain.
IV. CARA
KERJA
1.
Amati contoh-contoh pestisida yang ada. Perhatikan
nama pestisida, formulasi, warna,
bahan aktif dan kadar bahan aktifnya.
2.
Sebutkan alat aplikasi yang mestinya dipergunakan
untuk pestisida yang bersangkutan dan bagaimana cara menyiapkannya.
3.
Perhatikan contoh pestisida yang masih dalam kemasan
dagang. Apa saja yang tertulis dalam kemasannya dan sebutkan apakah masih ada
informasi lain yang perlu dicantumkan.
V.
HASIL
|
No
|
Nama dagang dan perusahaan
|
Formulasi
|
Bahan aktif
|
Jenis
|
No pendaftaran
|
sasaran
|
Dosis
|
Aplikasi
|
|
1
|
Canfidor
Pt. Bayer indonesia
|
5 wp
Tepung
|
Inidakloprid 5 %
|
Insektisida sistemik
|
Ri. 01010119941151
|
Kutu daun
Penghisap daun
|
2-4 g/l
0,5-1,0 g/l
|
Waktu populasi serangan hama ambang
pengendalian
|
|
2
|
Sevin
Pt. Agricon
|
85 sp
|
Karbaril 85 %
|
Insektisida
|
Ri. 010101197422
|
Belalang
Penggerek buah
|
1,5 kg/ha
1—1,5 kg/ha
|
Penyemprotan volume tinggi
|
|
3
|
Laevin
Pt. bayer
|
75 wp
tepung
|
Tiodikarb 75%
|
insekta
|
Ri. 540/3-2006/t
|
Ulat grayak
Kutu daun
|
1-2 g/l
1-2 g/l
|
Penyemprotan volume tinggi
|
|
4
|
Applalid
Pt. petrokimia
|
10 wp
tepung
|
Buprofezin 10 %
|
insektisida
|
Ri. 688/1-2008/t
|
Wereng coklat
Wereng hijau
|
0,5-1 kg/ha
0,25-0,50 kg/ha
|
Gunakan larutan semprot 500 ltr/ha
|
|
5
|
Dipel
Pt. Abot indonesia
|
Wp
tepung
|
bahcilusfuringi
|
|
Ri. 176/12-2006/t
|
Perusak daun
Pengerek daun
|
1-2 g/l
0,5-1 g/l
|
Digunakan apabila populasi rata-rata 5
larva/10 tanaman. Interval larva 10 hari
|
|
6
|
Furadan
Pt. Bina guna
|
3 g
Butiran
|
Karbofuran 3 %
|
Insektisida
|
Ri. 010101197416
|
Penggerek daun
Wereng coklat
|
5-10 g/m2
17 k/ha
|
Penaburan pada tanah diseklolong
tanaman jarak 20-30 cm dari batanm
|
|
7
|
Ridomild gold
Pt. Sygenta
|
Mz 4/64 wg
|
Mefanoksan 4 %
Mahkozeb 64 %
|
Fungisida sistemik
|
Ri. 01020120062365
|
Penyakit blendek
Penyakit busuk daun
Penyaikit daun
|
1,25-2,5 g/l
2,5-5 g/l
2,5-5 g/l
|
Penyemprotan dimulai sebelum ada
serangan pada saat tanaman kentang telah tumbuh merah. Penyemprotan 8
kali/musim
|
|
8
|
Dhitane M-45
Pt.down agrosciences indonesia
|
80 wp
Tepung
|
Manozeb 80 %
|
Fungisida
|
Ri. 010201197459
|
Penyakit bercak daun
Penyakit bercak ungu
|
1,5-3 g/l
1-2 kg/l
|
Penyemprotan dimulai terlihat gejala
serangan dan diulangi seminggu sekali
|
|
No
|
Nama dagang dan perusahaan
|
Formulasi
|
Bahan aktif
|
Jenis
|
No pendaftaran
|
sasaran
|
Dosis
|
Aplikasi
|
|
9
|
Agrept
Pt. Mastalin mandiri
|
20 wp
Tepung
|
Streptomisin sulfat 20 %
|
Bakterisida
|
Ri. 654/8-2003/t
|
Layu bakteri
|
1-2 g/l
|
Penyemprotan dilakukan apabila
terlihat gejala serangan disemprot sampai 5-8 kali tergantung perkembangan
penyakit dengan selang waktu 7 hari
|
|
10
|
Paskal
Pt. Tunas harapan murni
|
50 wp
Tepung
|
Karbendezim 50 %
|
Fungisida
|
Ri. 01020120083/48
|
Penyakit antaroksa
Penyakit bercak daun
|
0,25-0,5 g/l
0,25-0,5 g/l
|
Penyemprotan volume tinggi 400-600
l/ha
|
|
11
|
Bayer advanced
Pt. Bayer indonesia
|
0,75 rtp
|
Kumafetralil 0,75 %
|
Rodentisida
|
Ri. 77/5-2006/t
|
Tikus
|
20 g/l
|
Waktu aplikasi ditemukan liang-liang
tikus dan tanda-tanda keberadaan tikus sawah. Campurkan 400 g bahan umpan
dengan 4 l.
|
|
12
|
Petrokum
Pt. Petrolumia kayaku
|
0,005 bb
|
Brodifakum 0,00 5 %
|
Rodentisida
|
Ri. 0112011989891
|
Tikus sawah
Tikus belukar
|
1-2 kg/ha
1-2 kg/ha
|
Pengumpanan dilakukan pada saat bera
hingga menjelang bunting. Umpan diletakkan dengan jarak antar umpan 5-10 meter
sebanyak 1-2 blok dipematang, tanggul, irigasii tepi jalan dan tempat lain
yang diduga sebagai persembunyian tikus
|
|
No
|
Nama dagang dan perusahaan
|
Formulasi
|
Bahan aktif
|
Jenis
|
No pendaftaran
|
sasaran
|
Dosis
|
Aplikasi
|
|
13
|
Basa
Pt. Petrokimia kayaku
|
500 ec
cair
|
Bpmc 480 g/l
|
Insektisida
|
Ri. 0101011978323
|
Belalang
Penghisap
Penggulung daun
|
2,0-4,0 m/l
1,0-2,0 m/l
1,0-2,0 m/l
|
Penyemprotan volume tinggi (500 l/ha)
disemprotkan merata
|
|
14
|
Roundup
Pt. Manargo kimia
|
486 sl
cair
|
Isopropilamina glisofat 486 g/l
|
Herbisida
|
Ri. 01030120001560
|
Alang-alang
Gulma keras
Gulma sedang
Gulma lunak
|
3-4 l/ha
4-6 l/ha
2-3 l/ha
2-3 l/ha
|
-
|
|
15
|
Amista top
Pt. Sygenta indonesia
|
325 sc
cair
|
Azoksis trobin 200 g/l
Difenokonazol 125 g/l
|
Fungisida
|
Ri. 01020120052228
|
Bercak ungu
Bercak daun
Antaroksa
|
0,5-1 ml/l
0,5-1 ml/l
0,5-1 ml/l
|
Disemprotkan 2 kali per musim tanam
|
VI.
PEMBAHASAN
Pestisida tidak
hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang
pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk
pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah
tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang
pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk
pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya
pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat
mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak
bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber
daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Dalam bidang
pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam
konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu
komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
Pestisida dapat
digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya.
Penggolongan tersebut disajikan sbb:
1.
Akarisida, berasal dari
kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu.
2.
Algisida, berasal dari
kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk
melawan alge.
3.
Avisida, berasal dari
kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh
atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
4.
Bakterisida, berasal dari
kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
5.
Fungisida, berasal dari
kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk
membunuh jamur atau cendawan.
6.
Herbisida, berasal dari
kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma
(tumbuhan pengganggu).
7.
Insektisida, berasal dari
kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi
untuk membunuh serangga.
8.
Larvisida, berasal dari
kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
9.
Molluksisida, berasal dari
kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk
membunuh siput.
10.
Nematisida, berasal dari
kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi
untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
11.
Ovisida, berasal dari
kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
12.
Pedukulisida, berasal dari
kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
13.
Piscisida, berasal dari
kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
14.
Rodentisida, berasal dari
kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang
pengerat, seperti tikus.
15.
Predisida, berasal dari
kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa
(predator).
16.
Termisida, berasal dari
kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk
membunuh rayap. (Suharto.2007)
Pestisida sebelum digunakan harus
diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi
oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke
formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa
formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1.
Cairan emulsi
(emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi
cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb
singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B
(emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum
angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut
lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi
pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut
serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena
berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2.
Butiran
(granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian
sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk
melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri
atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan
perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran
butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan
formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya
tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
3.
Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan
zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini
kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen
saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran
(tanaman).
4.
Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan
bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk
mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum
singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5.
Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble
concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen,
karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low
volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada
tanaman kapas. (Soeharto, 2007)
Insektisida dapat pula dibagi
menurut jenis aktivitasnya. Kebanyakan insektisida bersifat racun bilamana
bersentuhan langsung atau tertelan serangga. Namun ada pula jenis lain yang
bersifat sebagai repelen (jenis ini digunakan untuk mencegah serangga yang akan
menyerang tanaman), atraktan (bahan yang dapat menarik serangga, dengan
demikian serangga yang terkumpul akan lebih mudah terbunuh), anti feedan
(senyawa ini dapat menghindarkan dari serangan suatu serangga) dan
khemosterilan (yang dapat menyebabkan kemandulan bagi serangga yang terkena).
Menurut sifat kecepatan meracun, pestisida digolongkan
menjadi :
1.
Racun kronis :
yaitu racun yang bekerjanya sangat lambat sehingga untuk mematikan hama
membutuhkan waktu yang sangat lama. Contoh : racun tikus Klerat RMB.
2.
Racun akut :
adalah racun yang bekerjanya sangat cepat sehingga kematian serangga dapat
segera diketahui setelah racun tersebut mengenai tubuhnya. Contoh : Bassa 50
EC, Kiltop 50 EC, Baycarb 50 EC dan lain-lain.
Ditinjau dari cara bekerjanya, pestisida dibagi
menjadi :
1.
Racun perut
Racun ini
terutama digunakan untuk mengendalikan serangga yang mempunyai tipe alat mulut
pengunyah (ulat,belalang dan kumbang), namun bahan ini dapat pula digunakan
terhadap hama yang menyerang tanaman dengan cara mengisap dan menjilat. Bahan
insektisida ini disemprotkan pada bagian yang dimakan serangga sehingga racun
tersebut akan tertelan masuk ke dalam usus, dan di sinilah terjadi peracunan
dalam jumlah besar.
Ada 4 cara
aplikasi racun perut terhadap serangga :
a.
Insektisida
diaplikasikan pada makanan alami serangga sehingga bahan tersebut termakan oleh
serangga sasaran. Bahan makanan itu dapat berupa daun, bulu-bulu/rambut
binatang. Dalam aplikasinya, bahan-bahan makanan serangga harus tertutup rata
oleh racun pada dosis lethal sehingga hama yang makan dapat mati.
b.
Insektisida
dicampur dengan bahan atraktan dan umpan itu ditempatkan pada suatu lokasi yang
mudah ditemukan serangga.
c.
Insektisida
ditaburkan sepanjang jalan yang bisa dilalui hama. Selagi hama itu lewat
biasanya antene dan kaki akan bersentuhan dengan insektisida atau bahkan
insektisida itu tertelan. Akibatnya hama mati.
d.
Insektisida
diformulasikan dalam bentuk sistemik, dan racun ini diserap oleh tanaman atau
tubuh binatang piaraan kemudian tersebar ke seluruh bagian tanaman atau badan
sehingga apabila serngga hama tersebut mengisap cairan tanaman atau cairan dari
tubuh binatang (terutama hama yang mempunyai tipe mulut pengisap, misal Aphis)
dan bila dosis yang diserap mencapai dosis lethal maka serangga akan mati.
2.
Racun kontak
Insektisida ini
masuk ke dalam tubuh serangga melalui permukaan tubuhnya khususnya bagian
kutikula yang tipis, misal pada bagian daerah perhubungan antara segmen,
lekukan-lekukan yang terbentuk dari lempengan tubuh, pada bagian pangkal rambut
dan pada saluran pernafasan (spirakulum). Racun kontak itu dapat diaplikasikan
langsung tertuju pada jasad sasaran atau pada permukaan tanaman atau pada
tempat-tempat tertentu yang biasa dikunjungi serangga. Racun kontak mungkin
diformulasikan sebagai cairan semprot atau sebagai serbuk. Racun kontak yang
telah melekat pada serangga akan segera masuk ke dalam tubuh dan disinilah
mulai terjadi peracunan.
Yang
digolongkan sebagai insektisida kontak adalah :
a.
Bahan kimia
yang berasal dari kestrak tanamaan, seperti misalnya nikotin, rotenon,
pirethrum.
b.
Senyawa
sintesis organik, misal BHC, DDT, Chlordan, Toxaphene, Phosphat organik.
c.
Minyak dan
sabun.
d.
Senyawa
anorganik seperti misalnya Sulfur dan Sulfur kapur.
3.
Racun
pernafasan
Bahan
insektisida ini biasanya bersifat mudah menguap sehingga masuk ke dalam tubuh
serangga dalam bentuk gas. Bagian tubuh yang dilalui adalah organ-organ
pernafasan seperti misalnya spirakulum. Oleh karena bahan tersebut mudah
menguap maka insektisida ini juga berbahaya bagi manusia dan binatang piaraan.
Racun pernafasan bekerja dengan cara menghalangi terjadinya respirasi tingkat
selulair dalam tubuh serangga dan bahan ini sering dapat menyebabkan tidak
aktifnya enzim-enzim tertentu. Contoh racun nafas adalah : Hidrogen cyanida dan
Carbon monoksida.
4.
Racun Syaraf
Insektisida ini
bekerja dengan cara menghalangi terjadinya transfer asetikholin estrase yang
mempunyai peranan penting dalam penyampaian impul. Racun syaraf yang biasa
digunakan sebagai insektisida adalah senyawa organo klorin, lindan,
carbontetraclorida, ethylene diclorida : insektisida-insektisida botanis asli
seperti misalnya pirethin, nikotin, senyawa organofosfat (parathion dan
dimethoat) dan senyawa karbanat (methomil, aldicarb dan carbaryl).
5.
Racun
Protoplasmik
Racun ini
bekerja terutama dengan cara merusak protein dalam sel serangga. Kerja racun
ini sering terjadi di dalam usus tengah pada saluran pencernaan.Golongan
insektisida yang termasuk jenis ini adalah fluorida, senyawa arsen, borat, asam
mineral dan asam lemak, nitrofenol, nitrocresol, dan logam-logam berat (air
raksa dan tembaga).
6.
Racun
penghambat khitin
Racun ini
bekerja dengan cara menghambat terbentuknya khitin. Insektisida yang termasuk
jenis ini biasanya bekerja secara spesifik, artinya senyawa ini mempunyai daya
racun hanya terhadap jenis serangga tertentu. Contoh : Applaud 10 WP terhadap
wereng coklat.
7.
Racun sistemik
Insektisida ini
bekerja bilamana telah terserap tanaman melalui akar, batang maupun daun,
kemudian bahan-bahan aktifnya ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman
sehingga bilamana serangga mengisap cairan atau memakan bagian tersebut akan
teracun. Pestisida adalah merupakan racun, baik bagi hama maupun tanaman yang
disemprot. Mempunyai efek sebagai racun tanaman apabila jumlah yang
disemprotkan tidak sesuai dengan aturan dan berlebihan (overdosis), karena
keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya kebakarn tanaman. Untuk memperoleh
hasil pengendalian yang memadai namun pertumbuhan tanaman tidak terganggu,
pemakaian pestisida hendaknya memperhatikan kesesuaiannya, baik tepat jenis,
tepat waktu maupun tepat ukuran (dosis dan konsentrasi).
Dosis adalah banyaknya pestisida yang digunakan untuk
mengendalikan hama secara memadai pada lahan seluas 1 ha. Konsentrasi adalah
banyaknya pestisida yang dilarutkan dalam satu liter air. Hama adalah hewan
yang merusak tanaman (akar, batang, daun, bunga dan buah) sehingga akibat
kerusakan tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga
hasilnya rendah. Penyakit adalah berupa jamur/bakteri/virus/nematoda yang
merusak tanaman (akar, batang, daun, bunga dan buah) sehingga akibat kerusakan
tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, sehingga hasilnya
rendah. Beda antara hama dengan penyakit adalah tampak serangan oleh hama
menyebabkan kerusakan kehilangan sebagian dari bagian tanaman sedangkan gejala
penyakit adalah sistemik sehingga fungsi fisiologi tanaman menjadi terganggu
biasanya ditunjukkan adanya perubahan bentuk dan/atau warna tanaman.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwapembasmi
hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh
hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan
sebagai salah satu komponen pengendalian. Pestisida dikelompokkan berdasarkan
sasarannya dan memiliki berbagai formulasi di pasaran antara lain: WP (wetable powder) dijual dalam formulasi tepung untuk
disemprotkan, kode EC (emulsible concentrate) dijual dalm bentuk
formulasi emulsi untuk disemprotkan, kode DC (dust concentrate) dijual
dalam formulasi serbuk untuk diserbukkan, kode G (granular) dijual dalam
formulasi butiran untuk ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah, kode F (fumigan)
dijual dalam formulasi padat atau cair dengan bahan aktif berbentuk gas.
Alat-alat untuk mengaplikasikan pestisida ini adalah diantaranya hand sprayer
dan knapsack sprayer yang masing-masing memiliki fungsi untuk memudahkan proses
penyemprotan pada untuk menangggulangi OPT pada tanaman.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian. 2014. Laboratorium Perlindungan Tanaman. Yogyakarta.
2.
http://muhammadalialfi.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-dasar-dasar _21. html
4.
http://willsenekasaputra.blogspot.com/2012/11/laporan-tetap-praktikum-pestisida-dan_5297.html

Tidak ada komentar:
Posting Komentar