.post-body img { width: 30px!important; height: 15!important; }

Minggu, 01 Februari 2015

Pengamatan Jenis Pestisida



Laporan Praktikum
Mata Kuliah
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Acara IX
“PENGAMATAN JENIS PESTISIDA”

 
Disusun oleh :
ARIFSON YONDANG
Nirem:05.1.4.12.0370

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM  PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2015


I.        Identitas
No
Identitas

Kegiatan
1
Matakuliah
:
Pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan
2
Acara praktikum
:
Pengamatan jenis pestisida
3
Tujuan
:
Mengamati dan membedakan macam-macam formulasi pestisida, cara penyiapannya dan alat-alat yang sesuai digunakan untuk mengaplikan pada formulasi yang digunakan
4
Tempat
:
Laboratorium perlindungan tanaman sekolah tinggi penyuluhan pertanian magelang, jurusan penyuluhan pertanian di yogyakarta
5
Hari/tanggal
:
Kamis,  2014
6
Nama mahasiswa
:
Arifson Yondang
7
No absen/smtr
:
02/VB
8
Dosen/TPA
:
Dr. Rr. Siti Astuti, SP, M.Sc/ Sari Megawati

II.      DASAR TEORI
Menurut UU RI No. 12/1992 : Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur, dan perangsang tumbuh, bahan lain serta organisme renik atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman. Menurut Aben Candra (http://abenchanafia.blogspot.com/2011/01/nama.html) Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. ( Anonim, 1973)
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Dalam  pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir.  Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar.  Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).

III.     ALAT DAN BAHAN
A.  Alat
Alat yang digunakan dalam pengamatan jenis-jenis pestisida yaitu berupa alat tulis.
B.   Bahan
Macam-macam jenis pestisida, meliputi pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit, dengan berbagai formulasi, seperti : D, G, WP, EC, DC, ULV, dan lain-lain.

IV.    CARA KERJA
1.        Amati contoh-contoh pestisida yang ada. Perhatikan nama pestisida, formulasi, warna, bahan aktif dan kadar bahan aktifnya.
2.      Sebutkan alat aplikasi yang mestinya dipergunakan untuk pestisida yang bersangkutan dan bagaimana cara menyiapkannya.
3.      Perhatikan contoh pestisida yang masih dalam kemasan dagang. Apa saja yang tertulis dalam kemasannya dan sebutkan apakah masih ada informasi lain yang perlu dicantumkan.
 

V.         HASIL
No
Nama dagang dan perusahaan
Formulasi
Bahan aktif
Jenis
No pendaftaran
sasaran
Dosis
Aplikasi
1
Canfidor
Pt. Bayer indonesia
5 wp
Tepung
Inidakloprid 5 %
Insektisida sistemik
Ri. 01010119941151
Kutu daun
Penghisap daun
2-4 g/l
0,5-1,0 g/l
Waktu populasi serangan hama ambang pengendalian
2
Sevin
Pt. Agricon
85 sp
Karbaril 85 %
Insektisida
Ri. 010101197422
Belalang
Penggerek buah
1,5 kg/ha
1—1,5 kg/ha
Penyemprotan volume tinggi
3
Laevin
Pt. bayer
75 wp
tepung
Tiodikarb 75%
insekta
Ri. 540/3-2006/t
Ulat grayak
Kutu daun
1-2 g/l
1-2 g/l
Penyemprotan volume tinggi
4
Applalid
Pt. petrokimia
10 wp
tepung
Buprofezin 10 %
insektisida
Ri. 688/1-2008/t
Wereng coklat
Wereng hijau
0,5-1 kg/ha
0,25-0,50 kg/ha
Gunakan larutan semprot 500 ltr/ha
5
Dipel
Pt. Abot indonesia
Wp
tepung
bahcilusfuringi

Ri. 176/12-2006/t
Perusak daun
Pengerek daun
1-2 g/l
0,5-1 g/l
Digunakan apabila populasi rata-rata 5 larva/10 tanaman. Interval larva 10 hari
6
Furadan
Pt. Bina guna
3 g
Butiran
Karbofuran 3 %
Insektisida
Ri. 010101197416
Penggerek daun
Wereng coklat
5-10 g/m2

17 k/ha
Penaburan pada tanah diseklolong tanaman jarak 20-30 cm dari batanm
7
Ridomild gold
Pt. Sygenta
Mz 4/64 wg

Mefanoksan 4 %
Mahkozeb 64 %
Fungisida sistemik
Ri. 01020120062365
Penyakit blendek
Penyakit busuk daun
Penyaikit daun
1,25-2,5 g/l

2,5-5 g/l

2,5-5 g/l
Penyemprotan dimulai sebelum ada serangan pada saat tanaman kentang telah tumbuh merah. Penyemprotan 8 kali/musim
8
Dhitane M-45
Pt.down agrosciences indonesia
80 wp
Tepung
Manozeb 80 %
Fungisida

Ri. 010201197459
Penyakit bercak daun
Penyakit bercak ungu
1,5-3 g/l

1-2 kg/l
Penyemprotan dimulai terlihat gejala serangan dan diulangi seminggu sekali

No
Nama dagang dan perusahaan
Formulasi
Bahan aktif
Jenis
No pendaftaran
sasaran
Dosis
Aplikasi
9
Agrept
Pt. Mastalin mandiri
20 wp
Tepung
Streptomisin sulfat 20 %
Bakterisida
Ri. 654/8-2003/t
Layu bakteri
1-2 g/l
Penyemprotan dilakukan apabila terlihat gejala serangan disemprot sampai 5-8 kali tergantung perkembangan penyakit dengan selang waktu 7 hari
10
Paskal
Pt. Tunas harapan murni
50 wp
Tepung
Karbendezim 50 %
Fungisida
Ri. 01020120083/48
Penyakit antaroksa
Penyakit bercak daun
0,25-0,5 g/l

0,25-0,5 g/l
Penyemprotan volume tinggi 400-600 l/ha
11
Bayer advanced
Pt. Bayer indonesia
0,75 rtp
Kumafetralil 0,75 %
Rodentisida
Ri. 77/5-2006/t
Tikus
20 g/l
Waktu aplikasi ditemukan liang-liang tikus dan tanda-tanda keberadaan tikus sawah. Campurkan 400 g bahan umpan dengan 4 l.
12
Petrokum
Pt. Petrolumia kayaku
0,005 bb
Brodifakum 0,00 5 %
Rodentisida
Ri. 0112011989891
Tikus sawah
Tikus belukar
1-2 kg/ha
1-2 kg/ha
Pengumpanan dilakukan pada saat bera hingga menjelang bunting. Umpan diletakkan dengan jarak antar umpan 5-10 meter sebanyak 1-2 blok dipematang, tanggul, irigasii tepi jalan dan tempat lain yang diduga sebagai persembunyian tikus

No
Nama dagang dan perusahaan
Formulasi
Bahan aktif
Jenis
No pendaftaran
sasaran
Dosis
Aplikasi
13
Basa
Pt. Petrokimia kayaku
500 ec
cair
Bpmc 480 g/l
Insektisida
Ri. 0101011978323
Belalang
Penghisap
Penggulung daun
2,0-4,0 m/l
1,0-2,0 m/l
1,0-2,0 m/l
Penyemprotan volume tinggi (500 l/ha) disemprotkan merata
14
Roundup
Pt. Manargo kimia
486 sl
cair
Isopropilamina glisofat 486 g/l
Herbisida
Ri. 01030120001560
Alang-alang
Gulma keras
Gulma sedang
Gulma lunak
3-4 l/ha
4-6 l/ha
2-3 l/ha
2-3 l/ha
-
15
Amista top
Pt. Sygenta indonesia
325 sc
cair
Azoksis trobin 200 g/l
Difenokonazol 125 g/l
Fungisida
Ri. 01020120052228
Bercak ungu
Bercak daun
Antaroksa
0,5-1 ml/l
0,5-1 ml/l
0,5-1 ml/l
Disemprotkan 2 kali per musim tanam


VI.         PEMBAHASAN
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb:
1.        Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu.
2.      Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge.
3.      Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
4.      Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
5.      Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
6.      Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
7.       Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
8.      Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
9.      Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
10.   Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
11.     Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
12.    Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
13.    Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
14.   Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
15.    Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
16.   Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap. (Suharto.2007)
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1.        Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2.      Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
3.      Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4.      Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5.      Oli (oil) Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. (Soeharto, 2007)
Insektisida dapat pula dibagi menurut jenis aktivitasnya. Kebanyakan insektisida bersifat racun bilamana bersentuhan langsung atau tertelan serangga. Namun ada pula jenis lain yang bersifat sebagai repelen (jenis ini digunakan untuk mencegah serangga yang akan menyerang tanaman), atraktan (bahan yang dapat menarik serangga, dengan demikian serangga yang terkumpul akan lebih mudah terbunuh), anti feedan (senyawa ini dapat menghindarkan dari serangan suatu serangga) dan khemosterilan (yang dapat menyebabkan kemandulan bagi serangga yang terkena).
Menurut sifat kecepatan meracun, pestisida digolongkan menjadi :
1.        Racun kronis : yaitu racun yang bekerjanya sangat lambat sehingga untuk mematikan hama membutuhkan waktu yang sangat lama. Contoh : racun tikus Klerat RMB.
2.      Racun akut : adalah racun yang bekerjanya sangat cepat sehingga kematian serangga dapat segera diketahui setelah racun tersebut mengenai tubuhnya. Contoh : Bassa 50 EC, Kiltop 50 EC, Baycarb 50 EC dan lain-lain.
Ditinjau dari cara bekerjanya, pestisida dibagi menjadi :
1.        Racun perut
Racun ini terutama digunakan untuk mengendalikan serangga yang mempunyai tipe alat mulut pengunyah (ulat,belalang dan kumbang), namun bahan ini dapat pula digunakan terhadap hama yang menyerang tanaman dengan cara mengisap dan menjilat. Bahan insektisida ini disemprotkan pada bagian yang dimakan serangga sehingga racun tersebut akan tertelan masuk ke dalam usus, dan di sinilah terjadi peracunan dalam jumlah besar.
Ada 4 cara aplikasi racun perut terhadap serangga :
a.      Insektisida diaplikasikan pada makanan alami serangga sehingga bahan tersebut termakan oleh serangga sasaran. Bahan makanan itu dapat berupa daun, bulu-bulu/rambut binatang. Dalam aplikasinya, bahan-bahan makanan serangga harus tertutup rata oleh racun pada dosis lethal sehingga hama yang makan dapat mati.
b.      Insektisida dicampur dengan bahan atraktan dan umpan itu ditempatkan pada suatu lokasi yang mudah ditemukan serangga.
c.      Insektisida ditaburkan sepanjang jalan yang bisa dilalui hama. Selagi hama itu lewat biasanya antene dan kaki akan bersentuhan dengan insektisida atau bahkan insektisida itu tertelan. Akibatnya hama mati.
d.      Insektisida diformulasikan dalam bentuk sistemik, dan racun ini diserap oleh tanaman atau tubuh binatang piaraan kemudian tersebar ke seluruh bagian tanaman atau badan sehingga apabila serngga hama tersebut mengisap cairan tanaman atau cairan dari tubuh binatang (terutama hama yang mempunyai tipe mulut pengisap, misal Aphis) dan bila dosis yang diserap mencapai dosis lethal maka serangga akan mati.
2.      Racun kontak
Insektisida ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui permukaan tubuhnya khususnya bagian kutikula yang tipis, misal pada bagian daerah perhubungan antara segmen, lekukan-lekukan yang terbentuk dari lempengan tubuh, pada bagian pangkal rambut dan pada saluran pernafasan (spirakulum). Racun kontak itu dapat diaplikasikan langsung tertuju pada jasad sasaran atau pada permukaan tanaman atau pada tempat-tempat tertentu yang biasa dikunjungi serangga. Racun kontak mungkin diformulasikan sebagai cairan semprot atau sebagai serbuk. Racun kontak yang telah melekat pada serangga akan segera masuk ke dalam tubuh dan disinilah mulai terjadi peracunan.
Yang digolongkan sebagai insektisida kontak adalah :
a.      Bahan kimia yang berasal dari kestrak tanamaan, seperti misalnya nikotin, rotenon, pirethrum.
b.      Senyawa sintesis organik, misal BHC, DDT, Chlordan, Toxaphene, Phosphat organik.
c.      Minyak dan sabun.
d.      Senyawa anorganik seperti misalnya Sulfur dan Sulfur kapur.
3.      Racun pernafasan
Bahan insektisida ini biasanya bersifat mudah menguap sehingga masuk ke dalam tubuh serangga dalam bentuk gas. Bagian tubuh yang dilalui adalah organ-organ pernafasan seperti misalnya spirakulum. Oleh karena bahan tersebut mudah menguap maka insektisida ini juga berbahaya bagi manusia dan binatang piaraan. Racun pernafasan bekerja dengan cara menghalangi terjadinya respirasi tingkat selulair dalam tubuh serangga dan bahan ini sering dapat menyebabkan tidak aktifnya enzim-enzim tertentu. Contoh racun nafas adalah : Hidrogen cyanida dan Carbon monoksida.
4.      Racun Syaraf
Insektisida ini bekerja dengan cara menghalangi terjadinya transfer asetikholin estrase yang mempunyai peranan penting dalam penyampaian impul. Racun syaraf yang biasa digunakan sebagai insektisida adalah senyawa organo klorin, lindan, carbontetraclorida, ethylene diclorida : insektisida-insektisida botanis asli seperti misalnya pirethin, nikotin, senyawa organofosfat (parathion dan dimethoat) dan senyawa karbanat (methomil, aldicarb dan carbaryl).
5.      Racun Protoplasmik
Racun ini bekerja terutama dengan cara merusak protein dalam sel serangga. Kerja racun ini sering terjadi di dalam usus tengah pada saluran pencernaan.Golongan insektisida yang termasuk jenis ini adalah fluorida, senyawa arsen, borat, asam mineral dan asam lemak, nitrofenol, nitrocresol, dan logam-logam berat (air raksa dan tembaga).
6.      Racun penghambat khitin
Racun ini bekerja dengan cara menghambat terbentuknya khitin. Insektisida yang termasuk jenis ini biasanya bekerja secara spesifik, artinya senyawa ini mempunyai daya racun hanya terhadap jenis serangga tertentu. Contoh : Applaud 10 WP terhadap wereng coklat.
7.       Racun sistemik 
Insektisida ini bekerja bilamana telah terserap tanaman melalui akar, batang maupun daun, kemudian bahan-bahan aktifnya ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga bilamana serangga mengisap cairan atau memakan bagian tersebut akan teracun. Pestisida adalah merupakan racun, baik bagi hama maupun tanaman yang disemprot. Mempunyai efek sebagai racun tanaman apabila jumlah yang disemprotkan tidak sesuai dengan aturan dan berlebihan (overdosis), karena keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya kebakarn tanaman. Untuk memperoleh hasil pengendalian yang memadai namun pertumbuhan tanaman tidak terganggu, pemakaian pestisida hendaknya memperhatikan kesesuaiannya, baik tepat jenis, tepat waktu maupun tepat ukuran (dosis dan konsentrasi).
Dosis adalah banyaknya pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama secara memadai pada lahan seluas 1 ha. Konsentrasi adalah banyaknya pestisida yang dilarutkan dalam satu liter air. Hama adalah hewan yang merusak tanaman (akar, batang, daun, bunga dan buah) sehingga akibat kerusakan tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga hasilnya rendah. Penyakit adalah berupa jamur/bakteri/virus/nematoda yang merusak tanaman (akar, batang, daun, bunga dan buah) sehingga akibat kerusakan tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, sehingga hasilnya rendah. Beda antara hama dengan penyakit adalah tampak serangan oleh hama menyebabkan kerusakan kehilangan sebagian dari bagian tanaman sedangkan gejala penyakit adalah sistemik sehingga fungsi fisiologi tanaman menjadi terganggu biasanya ditunjukkan adanya perubahan bentuk dan/atau warna tanaman.

VII.   KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwapembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Pestisida dikelompokkan berdasarkan sasarannya dan memiliki berbagai formulasi di pasaran antara lain: WP (wetable powder) dijual dalam formulasi tepung untuk disemprotkan, kode EC (emulsible concentrate) dijual dalm bentuk formulasi emulsi untuk disemprotkan, kode DC (dust concentrate) dijual dalam formulasi serbuk untuk diserbukkan, kode G (granular) dijual dalam formulasi butiran untuk ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah, kode F (fumigan) dijual dalam formulasi padat atau cair dengan bahan aktif berbentuk gas. Alat-alat untuk mengaplikasikan pestisida ini adalah diantaranya hand sprayer dan knapsack sprayer yang masing-masing memiliki fungsi untuk memudahkan proses penyemprotan pada untuk menangggulangi OPT pada tanaman.

VIII.              DAFTAR PUSTAKA
1.    Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. 2014. Laboratorium Perlindungan  Tanaman. Yogyakarta.
2.      http://muhammadalialfi.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-dasar-dasar _21. html
4.      http://willsenekasaputra.blogspot.com/2012/11/laporan-tetap-praktikum-pestisida-dan_5297.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar