.post-body img { width: 30px!important; height: 15!important; }

Minggu, 01 Februari 2015

Pembuatan Alat Perangkap



Laporan Praktikum
Mata Kuliah
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Acara XI
“PEMBUATAN ALAT PERANGKAP”

Disusun oleh :
ARIFSON YONDANG
Nirem:05.1.4.12.0370

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM  PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA 
TAHUN 2015


I.        Identitas
No
Identitas

Kegiatan
1
Matakuliah
:
Pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan
2
Acara praktikum
:
Pembuatan alat perangkap
3
Tujuan
:
Mahasiswa dilatih untuk membuat dan mengaplikasikan perangkap hama berupa perangkap warna, aroma, dan cahaya. Selain itu mahasiswa diharuskan mengawasi dan mengontrol penangkapan secara teratur. Dengan perangkap hama kita dapat melihat perkembangan populasi hama.
4
Tempat
:
Laboratorium Perlindungan Tanaman STPP Yogyakarta
5
Hari/tanggal
:
Kamis,  2014
6
Nama mahasiswa
:
Arifson Yondang
7
No absen/smtr
:
02/VB
8
Dosen/TPA
:
Dr. Rr. Siti Astuti, SP, M.Sc/ Sari Megawati

II.      DASAR TEORI
Perangkap adalah tempat atau alat yang digunakan untuk menangkap hama yang diberi umpan. Pengendalian hama terpadu merupakan pengendalian dengan cara meminimalisir penggunaan pestisida kimia. Pengendalian hama yang ramah lingkungan dapat dikendalikan dengan pengendalian fisik dan mekanik. Salah satu pengendalian fisik dapat dilakukan dengan cara penggunaan lampu perangkap, sedangkan pengendalian mekanik dapat dilakukan memasang perangkap yang diberi zat-zat kimia yang dapat menarik atau melekatkan maupun yang membunuh hama. Umumnya serangga tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu. serangga tertentu juga lebih tertarik  terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti warna kuning cerah. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap adalah sebagai berikut: ukuran atau jenis serangga yang akan ditangkap, kebiasaan keluar: siang atau malam hari, stadium perkembangan serangga, makanan kesukaannya, warna kesukaannya, kekuatan atau kemampuan hama untuk berinteraksi terahadap jerat dan cara terbang hama.
Prinsip dasarnya adalah menjebak hama menggunakan pemikat tertentu.Lalat buah Bactrocera sp jantan akan mengikuti bau hormon betinanya sehingga diciptakan senyawa yang baunya mirip hormon lalat buah betina. Beberapa jenis kutu tertarik pada warna kuning mencolok sehingga dibuat jebakan dari kertas atau plastik kuning yang diluluri lem. Ngengat dan serangga nokturnal—aktif di malam hari—tertarik pada nyala api atau lampu, makanya dibuatkan perangkap obor dan lampu.
Jenis-Jenis Perangkap 
1.    Perangkap Kuning 
Jebakan ini didasari sifat serangga yang menyukai warna kuning mencolok. Musababnya warna itu mirip warna kelopak bunga yang sedang mekar sempurna. Permukaannya dilumuri lem sehingga serangga yang hinggap bakal lengket sampai ajal menjemputnya. Perangkap kuning ampuh memikat hama golongan aphid, kutu, dan tungau. Itu juga dijadikan indikator populasi hama di sekitarnya.
Saat jumlah hama yang tertangkap perangkap melebihi ambang yang ditentukan, misalnya 50 individu kutu putih/hari, maka saat itu perlu dilakukan penanggulangan serius dengan pestisida kimia maupun biologis. Umumnya perangkap berbentuk lembaran triplek, fiber, atau karton tebal berukuran 15x 15 cm2 dan dilumuri vaselin, oli, atau minyak jelantah dengan kepadatan 60—100 perangkap/ha.

2.    Lampu 
Serangga nokturnal menjadikan cahaya dominan di suatu tempat sebagai panduan utama. Mereka akan terbang mendekat begitu melihat cahaya,baik berasal dari lampu maupun nyala api. Di tempat terang itu mereka bertemu lawan jenis lalu kawin untuk meneruskan generasinya. Sebelum ada penerangan buatan manusia, cahaya terang itu hanya berasal dari bulan. Saat terang bulan, serangga keluar dan beramai-ramai kawin. Hasilnya, populasi serangga meningkat ketika bulan memasuki bulan mati, yaitu periode 5—10 hari sesudah purnama.
Hama dari golongan serangga di kebun pun mempunyai sifat yang sama. Makanya pekebun membuat perangkap lampu. Serangga bakal terbang mengitarinya sampai akhirnya jatuh atau masuk jebakan berupa air atau lem yang diletakkan di bawah lampu. Perangkap ini bisa mengendalikan hama dari golongan aphid, kupu, ngengat, atau kumbang. Sebanyak 10—20 perangkap/ha diletakkan 25—40 cm lebih tinggi daripada tanaman.

3.    Feromon 
Jebakan itu dibuat dengan memanfaatkan kebutuhan komunikasi serangga pengganggu tanaman. Komunikasi itu dilakukan dengan hormon bernama feromon. Itu berguna untuk menunjukkan adanya makanan, memikat pejantan, menandai jejak, membatasi wilayah teritorial, atau memisahkan kelas pekerja, tentara, dan ratu. Yang sekarang banyak digunakan adalah feromon untuk menarik pasangan.
Zat yang baunya mirip feromon betina—disebut bahan atraktan—dipasang pada perangkap yang ditempatkan di kebun. Serangga jantan akan tertarik dan masuk ke perangkap yang sudah diberi air atau lem. Makhluk sial yang tertipu itu pun menemui ajalnya. Sejak 2 tahun terakhir perangkap itu populer digunakan untuk memerangi lalat buah yang menjadi momok di perkebunan buah-buahan skala sedang sampai luas. Atraktan yang paling banyak dipakai adalah metil eugenol. Lahan 1 ha cukup dipasangi 8—10 perangkap lantaran aroma tajamnya bisa tercium dari jarak cukup jauh.

III.    ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan perangkap likat kuning yaitu:
a.       Gelas plastik transparan
b.       Kertas warna kuning 
c.       Gunting kertas 
d.       Stepler 
e.       Benang 
2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan perangkap likat kuning yaitu:
-          Lem tikus 

IV.    CARA KERJA
1.      Guntinglah kertas yang berwarna tersebut
2.      Kemudian buat dalam bentuk bulat atau dalam bentuk segi empat
3.      Dalam bentuk bulat, setelah selesai dibuat kemudian bagian atasnya dilubangi kemudian pasang dengan benang agar mudah dalam penggantungan.
4.      Dalam bentuk segi empat, setelah selesai digunting kemudian disteples pada sebilah bambu.
5.      Setelah selesai perangkap likat kuning diolesi dengan lem tikus, agar ketika ada hama yang terpikat dengan warna kuning bisa melekat akibat lem tikus tersebut.
6.      Jika memikat lalat buah, dapat ditambahkan dengan feromon.
7.      Setelah selesai diberi lem tikus perangkap siap dipasang diarea yang mempunyai populasi hama banyak.

V.      HASIL
Pengamatan Pertama pada tanggal 27 Desember 2014
                   
Jenis Hama
1.      Apids = 5
2.      Belalang = 2
3.      kupu putih palsu = 2
4.      Lalat buah= 21
Pengamatan ke dua pada tanggal 29 Desember 2014
Jenis Hama
1.      Apids = 2
2.      Kupu putih palsu = 5
3.      Lalat buah= 11
Pengamatan ke tiga pada tanggal 01 Desember 2014
Jenis hama
1.      Apids = 2
2.      Kupu putih palsu = 2
3.      Lalat buah= 11
4.      Walang sangit=4

VI.    PEMBAHASAN
Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha–usaha manusia untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian antara lain dengan jebakan dan mengurangi perkembangan hama, sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertnian yang berkelanjutan diperlikan cara pengendalian yang tepat. Pengendalian dengan perangkap terhadap hama adalah mengupayakan hama bisa masuk/ tertangkap dalam jebakan, sehingga tidak bisa keluar lagi. Macam perangkap bisa dengan kertas berwarna, zat-zat penarik dari tumbuhan/ sintetik seperti eugenol yang dipasang pada aqua untuk menarik dan memangkap hama lalat buah, dengan lubang bubu untuk menangkap dan bisa juga bengan memberikan lem. Demikian halnya dengan perangkap kuning. Perangkap Kuning (Yellow Trap), yaitu perangkap yang berwarna kuning sehingga dapat menarik serangga dan menjeratnya karena telah diolesi dengan lem. Hama yang dapat diperangkap dengan hama ini antara lain Kutu loncat, trips, kutu daun, dan semua golongan serangga yang tertarik dengan gelombang yang dipancarkan benda yang berwarna kuning. Penggunaan perangkap ini memang sangat membantu selain mudah dibuat dan biaya pembuatannya sangat mudah. Kebanyakan petani lebih sering menggunakan cara ini. Sebagai pengalaman saya pernah menggunakan bahan-bahan bekas seperti botol pestisida yang berwarna kuning diolesi dengan oli kadaluwarsa (biasanya disebut minyak gemuk). Dengan cara ini kutu ataupun serangga yang menyerang tanaman melekat pada botol yang digantung di batang pohon jeruk. Dengan cara ini terbukti bahwa tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membuat suatu perangkap hama. Perangkap ini selain mudah dibuat, harga ekonomis juga ramah lingkungan. Karena tanpa menggunakan bahan kimia yang bisa menggangu lingkungan budidaya.

VII.  KESIMPULAN
Penggunaan perangkap ini bertujuan sebagai menjebak hama yang ada disekitar/ areal pertanaman. Perangkap ini selain mudah dibuat, harga ekonomis juga ramah lingkungan .karena tanpa menggunakan bahan kimia yang bisa menggangu lingkungan budidaya.

VIII.             DAFTAR PUSTAKA
1.      Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. 2014. Laboratorium Perlindungan  Tanaman. Yogyakarta.
2.      Suharno, 2005. Perlindungan Tanaman. Diktat STPP, jurluhtan, yogyakarta
3.      http://erikjonsitanggang.blogspot.com/2012/03/penggunaan-perangkap-hama.html
4.    http://ullillallullellou.blogspot.com/2012/12/praktikum-4-perangkap-hama-light-trap .html
5.      http://heryantos.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-perangkap-hama-yellow. html
6.      https://guncitorvum.wordpress.com/2011/04/05/laporan-praktikum-perangkap-lalat-buah/




Aplikasi Pestisda




Laporan Praktikum
Mata Kuliah
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Acara X
“APLIKASI PESTISIDA”

Disusun oleh :
ARIFSON YONDANG
Nirem:05.1.4.12.0370

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM  PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2015



I.            Identitas
No
Identitas

Kegiatan
1
Matakuliah
:
Pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan
2
Acara praktikum
:
Aplikasi pestisida
3
Tujuan
:
Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi pestisida
4
Tempat
:
Laboratorium Perlindungan Tanaman STPP Yogyakarta
5
Hari/tanggal
:
Kamis,  2014
6
Nama mahasiswa
:
Arifson Yondang
7
No absen/smtr
:
02/VB
8
Dosen/TPA
:
Dr. Rr. Siti Astuti, SP, M.Sc/ Sari Megawati

II.         DASAR TEORI
Aplikasi pestisida bukan sebuah kata yang asing bagi kita semua, terutama bagi yang bergelut dibidang pertanian. Aplikasi pestisida merupakan suatu cara yang ditempuh untuk mengendalikan serangan OPT (organisme pengganggu tanaman) agar tidak terjadi kerusakan yang berlebihan sehingga target produksi dari tanaman yang dibudidayakan akan tercapai sesuai yang di inginkan. Nah dalam aplikasi pestisida itu sendiri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh efektifitas yang maksimal.
Untuk memperoleh hasil yang optimal ada lima faktor yang mempengaruhi efikasi pestisida atau biasa dikenal 5 tepat.
1.      Tepat sasaran
Meliputi tahapan agar memperoleh sasaran yang tepat antara lain: pengamatan, pengenalan OPT, pengenalan musuh alami hama dan peranannya, kepekaan sasaran).

2.      Tepat jenis
Tepat jenis ini mengandung pengertian jenis pestisida apa yang akan di aplikasikan, antara lain: cara kerja; kelompok kimia; formulasi; selektifitas).

3.      Tepat waktu
Kapan waktu yang tepat untuk aplikasi pestisida, yaitu pada saat serangan hama dan penyakit tanaman sudah mencapai ambang ekonomi atau ambang pengendalian, dalam hal ini yang harus diperhatikan antara lain: tingkat perkembangan opt; pertimbangan cuaca; strategi untuk menghindari/menunda kekebalan hama; post harvest interval)
Waktu aplikasi pestisida sesuai dengan keperluan:
a.       Preventif: aplikasi pestisida sebelum ada serangan opt
b.      Kuratif: aplikasi pestisida sesudah ada serangan opt
c.       Eradikatif: aplikasi untuk pembersihan bila ada ledakan opt
d.      Aplikasi sistim kalender: aplikasi pestisida secara berkala (misalnya seminggu sekali, dsb.), tanpa memperhatikan keberadaan opt.
e.       Aplikasi berdasarkan ambang pengendalian/ambang ekonomi: aplikasi pestisida yang dilakukan bila populasi hama atau intensitas serangan penyakit telah melampaui ambang tertentu.
Waktu aplikasi pestisida berdasarkan keadaan cuaca:
a.       Jangan menyemprot saat panas terik dan kering
b.      Jangan menyemprot saat angin sangat kencang
c.       Jangan menyemprot bila hari hujan atau akan hujan
d.      Penyemprotan dilakukan bila embun pagi sudah hilang
e.       Keadaan cuaca yang ideal untuk penyemprotan tadi umumnya adalah pagi hari antara jam 6 – jam 10.30 dan sore hari antara jam 3 – 5.

4.      Tepat takaran
Berkaitan dengan ketepatan dosis dan konsentrasi aplikasi pestisida, beberapa acuan untuk diperhatikan adalah: hubungan dan imbangan antara dosis, konsentrasi dan volume semprot.
Pengertian takaran aplikasi pestisida
a.       Dosis: jumlah pestisida yang dibutuhkan untuk pengendalian hama per satuan luas lahan (kg/ha, liter/ha, dsb.). Dosis banyak digunakan dalam aplikasi herbisida, aplikasi insektisida dan fungisida butiran, dsb.
b.      Konsentrasi: dalam aplikasi dengan cara penyemprotan, kecuali dosis kita masih harus mempertimbangkan konsentrasi, yakni jumlah pestisida yang harus dicampurkan dalam setiap liter air (gram/liter; ml/liter, dsb.). Konsentrasi banyak digunakan pada aplikasi penyemprotan insektisida dan fungisida
Dalam penyemprotan harus dicari imbangan yang cocok antara dosis dan konsentrasi. Imbangan tersebut dipengaruhi oleh volume semprot.

5.      Tepat cara aplikasi
Dan yang tak kalah pentingnya adalah ketepatan cara aplikasi yang berhubungan dengan volume semprot; ukuran droplet; liputan; distribusi; recovery.

III.      ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sprayer gendong, gelas ukur dan masker.
2.      Bahan
Bahan yang digunakan adalah beberapa jenis formulasi pestisida Soluble Powder (SP), Granular (G), AS, Fumigant (F), SD, P, dan Wettable Powder (WP), dan air.

IV.      CARA KERJA
Cara kerja didalam mengaplikasikan insektisida ini sebelum melakukan penyemprotan terhadap tanaman antara lain : hal yang pertama dilakukan menyiapkan bahan-bahan, (seperti air, air yang telah disediakan untuk formulasi insektisida, dimana pada air ini telah ditentukan sesuai dengan takarannya, dan air ini akan dikombinasikan bersama larutan insektisida, hal ini dengan bertujuan untuk mengurangi efek dari penggunaan reaksi insektisida terhadap tanaman selain itu juga menghemat (biaya) dari pemakaian insektisida, dimana telah kita ketahui bahwa untuk bahan-bahan larutan insektisida itu sangatlah telalu mahal, maka dari itu penggunaannya telah diberikan sedemikian rupa. Kemudian akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu: menyemprotkan larutan pestisida yang telah diformulasikan, terhadap tanaman.

V.         HASIL
No
Nama dagang dan perusahaan
Bahan aktif
Jenis
sasaran
Aplikasi
1
Sevin
Pt. Agricon
Karbaril 85 %
Insektisida
Belalang
Penggerek buah
Penyemprotan volume tinggi
2
Ridomild gold
Pt. Sygenta
Mefanoksan 4 %
Mahkozeb 64 %
Fungisida sistemik
Penyakit blendek
Penyakit busuk daun
Penyaikit daun
Penyemprotan dimulai sebelum ada serangan pada saat tanaman kentang telah tumbuh merah. Penyemprotan 8 kali/musim
3
Agrept
Pt. Mastalin mandiri
Streptomisin sulfat 20 %
Bakterisida
Layu bakteri
Penyemprotan dilakukan apabila terlihat gejala serangan disemprot sampai 5-8 kali tergantung perkembangan penyakit dengan selang waktu 7 hari
4
Petrokum
Pt. Petrolumia kayaku
Brodifakum 0,00 5 %
Rodentisida
Tikus sawah
Tikus belukar
Pengumpanan dilakukan pada saat bera hingga menjelang bunting. Umpan diletakkan dengan jarak antar umpan 5-10 meter sebanyak 1-2 blok dipematang, tanggul, irigasii tepi jalan dan tempat lain yang diduga sebagai persembunyian tikus
5
Roundup
Pt. Manargo kimia
Isopropilamina glisofat 486 g/l
Herbisida
Alang-alang
Gulma keras
Gulma sedang
Gulma lunak
-

VI.      PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktik yang dilakukan di Laboratorium Perlindungan Tanaman Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang, Jurusan Penyuluhan Pertanian Di Yogyakarta, tentang aplikasi pestisida yang dilakukan di kebun praktek menggunakan 5 jenis pestisida dengan kriteria sasaran hama, penyakit, bakteri, tikus dan gulma. Dari praktek tersebut menunjukan bahwa metode pengendalian hama alternatif memiliki efektivitas yang setara dengan pestisida kimia.
A.    Penggunaan Pestisida
Dalam pemakaian pestisida perlu dipahami pengertian dari istilah “penggunaan pestisida yang benar dan bijaksana”, karena barang yang akan digunakan adalah zat beracun yang mempunyai efek tidak saja terhadap pengguna/operator/pemakai, tetapi juga mempunyai efek terhadap yang lain yaitu konsumen hasil pertanian, lingkungan dan jasad hidup lain yang bukan merupakan jasad sasaran
Penggunaan pestisida yang benar adalah:
1.      Yang memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku yaitu hanya pestisida yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian yang boleh digunakan.
2.      Petani/pamakai memiliki pengetahuan praktis aplikasi pestisida.
3.      Penerapannya telah dikonsultasikan dengan petugas pertanian setempat.
Penggunaan pestisida secara bijaksana, dalam penerapan konsepsi PHT pestisida digunakan sebagai alternative terakhir setelah pengendalian dengan cara lain dinilai kurang efektif atau tidak dapat diterapkan, atau dapat dilakukan secara kompatibel dengan cara pengendalian yang lain. Oleh karena itu penggunaan pestisida harus dilakukan secara bijaksana yang memenuhi criteria 5 (lima) tepat yaitu tepat jenis dan mutu, tepat waktu, tepat konsentrasi, tepat dosis dan tepat cara.
Tepat Jenis dan mutu, denan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Menggunakan pestisida yang terdaftar/diizinkan
2.      Efektif terhadap jasad sasaran, daya racun rendah, mudah terurai, selektif
3.      Wadahnya asli dan masih baik, dengan memperhatikan label yang lengkap
4.      Masih berlaku/tidak kadaluarsa Tepat waktu, ditentukan dengan memperhatikan:
a.       Ambang pengendalian yang berlaku
b.      Stadia jasad sasaran yang paling peka
c.       Stadia pertumbuhan tanaman yang diaplikasi
d.      Keadaan cuaca yang memungkinkan
Tepat konsentrasi, jasad pengganggu tanaman dapat dikendalikan secara baik dengan pestisida pada konsentrasi cairan semprot yang dianjurkan sesuai alat aplikasi yang akan digunakan. Konsentrasi pestisida dinyatakan dalam volume formulasi pestisida di dalam satu liter air.
Tepat dosis, konsentrasi yang tepat sangat berhubungan dengan dosis aplikasinya. Dosis aplikasi dinyatakan dengan banyaknya bahan aktif pestisida yang digunakan pada areal seluas satuan tertentu atau banyaknya cairan semprot per satuan luas tertentu
Tepat cara, hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:
1.      Menggunakan aplikasi yang tepat sesuai bentuk dan jenis formulasi
2.      Memperhatikan keberadaan/tempat jasad sasaran yang dituju
3.      Cuaca terutama arah angin, agar keselamatan operator terjamin maka penyemprotan harus dilakukan tidak berlawanan dengan arah angin.

B.     Dampak Penggunaan Pestisida
1.      Dampak positif
a.       Dapat diaplikasikan dengan mudah
b.      Dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat.
c.       Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat
d.      Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat
e.       Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek.
2.      Dampak Negatif Pestisida
a.       Keracunan pestisida
b.      Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan.
c.       Keracunan pada ikan dan biota lainnya.
d.      Keracunan terhadap satwa liar.
e.       Keracunan terhadap makanan.
f.       Kematian musuh alami organisme pengganggu
g.      Kenaikan populasi pengganggu
h.      Dapat menyebabkan timbulnya resistensi
i.        Residu
j.        Pencemaran Lingkungan
k.      Menghambat Perdagangan

C.    Metode Aplikasi 
1.      Penyemprotan (spraying) Merupakan metode yang paling banyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida perhektar. Paling banyak adalah 1000 liter/ha sedang paling kedl 1 liter/ha seperti dalam ULV. 
2.      Penaburan, biasanya untuk pestisida yang siap pakai. 
3.      Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanah di persemaian dsb. 
4.      Injeksi batang : dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, penggerek 
5.      Dipping: perendaman atau pencelupan seperti untuk biji atau benih, kayu. 
6.      Fumigasi: penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu. 
7.      Impregnasi : metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam pengawetan kayu. 

VII.          KESIMPULAN
Penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Berbagai jenis pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian, seperti : Decis 25 EC, Curacron 500 EC, Furadan 3G, Antracol 70 WP, Daconil 75 WP, Ridomil Gold MZ 4/64 WG, Petrogenol 800 L, Bubur California, Benlate 50 WP, dan lain sebagainya. Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah.

VIII.                   DAFTAR PUSTAKA
1.      Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. 2014. Laboratorium Perlindungan  Tanaman. Yogyakarta.
2.      http://seratlontar.blogspot.com/2014/02/Rahasia-Teknik-Aplikasi-Pestisida-Dengan-5-Tepat.html
3.      ayuindahblogs.blogspot.com/2012/04/laporan-praktikum-pestisida-dan-teknik.html
4.      http://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida
5.      http://agrogreenland.blogspot.com/2013/05/pestisida-pengertian-jenis-dan-dampaknya.html
6.      http://wahanapertanian.blogspot.com/2013/08/teknik-aplikasi-pestisida.html
7.      http://ekowahyudisp.blogspot.com/2013/12/pengenalan-formulasi-dan-alat-aplikasi.html
8.      http://gunawanagricultur.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum.html
9.      https://sitimariyam626.wordpress.com/2013/06/26/laporan-praktikum-dasar-dasar-perlindungan-tanaman-mengenal-pestisida-dan-aplikasinya/