Laporan Praktikum
Mata Kuliah
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Acara V
“IDENTIFIKASI PATOGEN DAN PEMBUATAN HERIUM KERING”
Disusun oleh :
ARIFSON
YONDANG
Nirem:05.1.4.12.0370
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN
PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2015
I.
Identitas
|
No
|
Identitas
|
|
Kegiatan
|
|
1
|
Matakuliah
|
:
|
Pengendalian
Organisme Penganggu Tumbuhan
|
|
2
|
Acara
praktikum
|
:
|
Identifikasi
patogen dan pembuatan hebarium kering
|
|
3
|
Tujuan
|
:
|
Mahasiswa
dapat mengidentifikasi patogen dan mengetahui cdara pembautan hebarium
kering.
|
|
4
|
Tempat
|
:
|
Laboratorium
Perlindungan Tanaman Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
|
|
5
|
Hari/tanggal
|
:
|
Kamis, 2014
|
|
6
|
Nama
mahasiswa
|
:
|
Arifson
Yondang
|
|
7
|
No
absen/smtr
|
:
|
02/VB
|
|
8
|
Dosen/TPA
|
:
|
Ir. Heryanto. Ms/ Sari Megawati
|
II.
DASAR TEORI
A. Identifikasi
Patogen
Salah satu tahapan yang penting dalam
mendiagnosa gejala serangan penyakit tanaman adalah identifikasi terhadap
patogen tanaman. Patogen yang diidentifikasi berasal dari pengambilan sampel
tanaman yang terserang penyakit. Sampel tanaman yang terserang penyakit
kemudian diisolasi dan ditumbuhkan pada media aseptik buatan. Identifikasi
menjadi sangat penting karena pada tahapan tersebut ditekankan beberapa hal
pokok seperti untuk pengendalian khususnya untuk uji antagonis ataupun hanya
sekedar untuk mengetahui jenis patogen yang menyerang tanaman. Dari hasil
identifikasi, dapat diperoleh suatu kesimpulan mengenai jenis patogen yang
menyerang tanaman kemudian lebih lanjut upaya tersebut juga dapat diarahkan
untuk mempelajari upaya – upaya pengendalian yang tepat untuk mencegah serangan
patogen tersebut. Salah satunya melalui uji antagonismu dari jamur antagonis.
Hal ini menyebabkan proses identifikasi patogen tanaman menjadi sangat penting
untuk memastikan jenis patogen yang menyerang tanaman secara akurat. Untuk itu,
perlu dilakukan praktik secara langsung untuk mengidentifikasi patogen tanaman.
B. Pembuatan Hebarium
Kering
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali
digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai
koleksi. Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan
organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus
memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan
objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan
terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah
ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat
objeknya. Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan
dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan
awetan kering berupa herbarium
(Suyitno, 2004).
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa,
tidak terserang hama, penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus
pohon dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan
berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk
spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar,
sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek,
misalnya buah (Setyawan dkk, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di
lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen
herbarium yang baik harus memberikan
informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata
lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang
memberikan seluruh informasi yang tidak
nampak spesimen herbarium (Aththorick dan Siregar, 2006).
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan
dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk
mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen
tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan.
Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi
perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para
ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium
di masing-masing Negara.
III. ALAT DAN
BAHAN
A. Identifikasi
Patogen
Alat dan
bahan yang digunakan dalam mengidentifikasi patogen
1.
Alat
a.
Pisau
cuter/pisau pembedah
b.
Petridis
c.
Pincet
d.
Jarum ose
e.
Mikroskop
f.
Objek glass
dan cover glass
g.
Lampu
h.
Laminar
airflow conditioner
2.
Bahan
a.
Tanam
terserang penyakit
b.
PDA
c.
Aquades
d.
Alkohol
e.
Kain saring
B. Pembuatan Hebarium
Kering
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
hebarium kering yaitu bahan dari percobaan adalah lidah mertua sebagai bagan
percobaan, air digunakan untuk membersihkan daun tanam yang akan dihebaiumkan,
lem digunakan untuk menempelkan gulma pada kertas, label digunakan untuk
marfologi tumbuhan dan kertas jeruk digunakan sebagai tempat menempelkan
hebarium.
Adapun alat dalam percobaan ini adalah gunting untuk
memotong tanaman yang berukuran besar, buku identifikasi gulma sebagai buku
penuntun mengidentifikasikan gulma, buku berukuran besar dan tebal sebagai
tempat mengeringkan gulma yang diherbariumkan dan sebagai tempat pengepresan,
koran sebagai alas peletakan gulma sebelum ditindih, kantung plastik sebagai
tempat peletakan herbarium di dalam album atau buku, laptop atau komputer untuk
membuat format laporan dan label, dan format herbarium sebagai keterangan
seputar gulma yang dilakukan percobaan.
IV. CARA KERJA
A. Identifikasi
Patogen
1.
Biakan
patogen yang sudah dipurifikasi,
2.
Diambil
dengan jarum ose,
3.
Letakkan di preparan
yang sudah ditetesi air
4.
Tutup dengan
cover glass.
5.
Preparat
yang telah berisi sampel patogen kemudian diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x.
6.
Setelah
kenampakan mikroskopisnya terlihat maka segera didokumentasikan hasilnya dan
dibandingkan dengan literatur.
7.
Setelah
membandingkan kemudian menggambar
B. Pembuatan Hebarium
Kering
1.
Dicari Bahan tanaman yang terserang penyakit yang akan
dikeringkan lengkap dengan morfologinya
2.
Untuk gulma yang terlalu besar, dilakukan
pengguntingan/pemotongan.
3.
Diletakkan diatas koran kering,
4.
Ditimpa dengan papan pres,
5.
Ditunggu beberapa hari agar tanaman kering dan dibuka
apabila telah kering sempurna dan diletakkan ditempat kering,
6.
Ditempel tumbuhan tersebut di atas kertas HVS dengan
menggunakan lem,
7.
Diberi label atau keterangan morfologi,
8.
Dibuat format herbarium dengan menggunakan laptop atau
komputer kemudian diprint out dan diletakkan pada kantung plastik di album,
agar herbarium tidak terinfeksi dari jamur.
V.
HASIL
A. Identifikasi
Patogen
1.
Jamur yang ditanam
2.
Jamut yang
tumbuh
a.
Makropis
1)
Membentuk
huruf L
2)
Warna putih
kehitaman
b.
Mikropis
Fusariella
Spesies
fusariella terdiri dari proporsi yang sangan kecil dari biota jamur. Tidak ada
informasi yang tersedia mengenai efek kesehatan atau toksisitas. Alergenitas
belum diteliti. Fusariella merupakan koniofor pigmen biasanya bercabang,
phialides ramping pada bantalan konidia: konidia (phialospores) berwarna gelap
memiliki 3 atau lebih sel, berbentuk silinder, melengkung, ditanggng dalam
rantai tidak ada ujung-keujung setiap konidium.
B. Pembuatan Hebarium
Kering
Tanaman
sampel yang telah dikeringkan dan dibungkus plastik:
VI. PEMBAHASAN
A. Identifikasi
Patogen
Dari
hasil pengamatan mikrospis dan dibandingkan dengan literatur ternyata hasilnya
menunjukan kenampakkan yang tidak sama. Menurut semangun (2007) jamur membentuk
fusariella dibawah epiderms tumbuhan inang. Fusariella membentuk konidium yang
telah masak akan bebas dengan menembus epidermis. Konidium bersel 3 atau lebih.
Hasil
yang tidak sesuai ini dikarenakan beberapa hal, diantarannya adalah karena masa
inkubasi dari biakan Marsonina Coronaria yang terjadi lama, sehingga
mengakibatkan jamur terkontaminasi dengan jamur lain. Warna koloni tersebut
putin tetapi dibagian pinggir tanaman yang dikembangbiakan karena terserang
penyakit ada terlihat kehitaman, sehingga dalam pengamatan dibawah microskop
ditemukan berbagai jenis jamur tersebtu. Bentuk fusariella. SP yaitu
beruas-ruas dan dibagian ujung terdapat cabang yang masing-msing ujung
membentuk bulatan.
B. Pembuatan Hebarium
Kering
Herbarium
merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan
melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut.
Kegunaan
herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai pusat referensi 2. Sebagai
lembaga dokumentasi 3. Sebagai pusat penyimpanan data.
Kelebihan
dari Herbarium kering dibandingkan dengan herbarium basah adalah dapat bertahan
lama hingga ratusan tahun, namun herbarium kering juga memiliki kelemahan yaitu
spesimen mudah mengalami kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun
karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan
data secara manual, tidak bisa diakses
secara bersama-sama oleh berberapa orang, biaya besar,tidak bisa diakses
sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak jauh.
Dari
hasil praktikum yang dilakukan dilaboratorium perlindungan tanamn sekolah
tinggi penyuluhan pertanian (STPP) di Yogyakarta dibuat hebarium dengan cara: a.
Memilih tanaman yang akan dibuat sampel, dalam kegiatan ini sampel yang dibuat
yaitu kidah mertua yang terserang penyakit bercak daun, b. Setelah mendapatkan
sampel kemudian dibersihkan dengan aquades agar tanaman besih dari jamur lain
dan dibesihkan lagi dengan alkohol, c. Setelah semua selesai kemudian sampel
ditaruh diatas kertas koean, kemudian dipres selama kurang lebih 2 minggu.
VII. KESIMPULAN
A. Identifikasi
Patogen
Identifikasi
adalah usaha pengenalan terhadap suatu hal dengan mengamati sifat-sifat khasnya.
Berdasarkan hasil pengamatan patogen secara mikroskopis menunjukkan bahwa
kenampakan mikroskopis yang diperoleh tidak sama dengan gejala mikroskopis dari
Marssonina coronaria yang disebutkan pada literatur. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa patogen yang diisolasi bukan Marssonina coronaria.
B. Pembuatan
Hebarium Kering
1.
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan
yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi
dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut.
2.
Herbarium memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai
pusat referensi, sebagai lembaga dokumentasi, dan sebagai pusat penyimpanan
data.
3.
Waktu yang diperlukan untuk melakukan pembuatan
herbarium minimal selama 2 minggu, agar mendapatkan hasil yang baik.
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat
penyimpanan dan faktor lingkungan seperti suhu
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian. 2014. Laboratorium Perlindungan Tanaman. Yogyakarta.
2.
https://ahahermanto.wordpress.com/2012/06/03/laporan-praktikum-ilmu-penyakit-tumbuhan-identifikasi-patogen-tanaman/
3.
http://laporanherbarium.blogspot.com/2013/04/laporan-herbarium.html


Tidak ada komentar:
Posting Komentar